Pemberitaan Injil
Injil berarti kabar baik. Injil adalah kabar gembira, berita baik dari Allah yang mengutus Yesus Kristus untuk menjadi Tuhan dan Juru Selamat manusia. Kedatangan Yesus Kristus dan mulainya pemerintahan Allah di dunia ini merupakan inti Injil yang harus diberitakan ke mana-mana (bandingkan Matius 24:14). Kemudian tulisan-tulisan rasul-rasul yang membukukan kesaksian tentang diri Yesus Kristus disebut juga kitab-kitab Injil.
Pada saat permulaan pelayanan-Nya, Tuhan Yesus menyatakan bahwa Dia telah diurapi khusus untuk memberitakan Kerajaan Allah. Kemudian Dia memerintahkan para murid-Nya untuk melanjutkan pelayanan dengan menyebarkan Injil.
Pada saat permulaan pelayanan-Nya, Tuhan Yesus menyatakan bahwa Dia telah diurapi khusus untuk memberitakan Kerajaan Allah. Kemudian Dia memerintahkan para murid-Nya untuk melanjutkan pelayanan dengan menyebarkan Injil.
Tuhan Yesus dalam khotbah-Nya selalu menggunakan istilah Injil Kerajaan Allah atau Injil Kerajaan Sorga(Band. Matius 4:23, 4:43; 8:1). Injil Kerajaan Allah merupakan kabar baik yang diberitakan Yesus yaitu Raja Mesianis telah tiba untuk mendirikan kerajaan yang dijanjikan. Pemberitaan itu diikuti dengan mukjizat-mukjizat penyembuhan. Tuhan Yesus mulai dengan memberitakan Kerajaan Allah (Markus 1:14-15) dan mengakhiri dengan berkhotbah tentang hal itu (Kisah Para Rasul 1:3). George W. Peters mengatakan bahwa mungkin lebih baik jika memahami Kerajaan Allah secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif berarti pemerintahan Allah dalam hati manusia, pemerintahan Allah dalam gereja dan pemerintahan Allah di dunia. Secara kuantitatif konsep kerajaan Allah secara tidak langsung menyatakan sebuah kerajaan, suatu kenyataan yang objektif.
Setelah kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga dan terjadinya Pentakosta, para rasul memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias (Kis. 5:42). Mathew Hendry mengatakan tentang hal tersebut: The apostles did not preach themselves, but Christ. This was the preaching that most offended the priests. But it ought to be the constant business of gospel ministers to preach Christ: Christ, and him crucified; Christ, and him glorified; nothing beside this, but what has reference to it. And whatever is our station or rank in life, we should seek to make Him known, and to glorify his name.
Pusat pemberitaan Injil para rasul adalah tentang salib Kristus. Pemberitaan Injil atau penginjilan adalah proklamasi dinamis tentang Injil penebusan sebagai titik pusat iman kepada umat manusia.
Pemberitaan Injil adalah mandat dari Allah sendiri yang bertujuan membebaskan umat-Nya dari dosa/kegelapan menuju kepada Terang Allah yang ajaib (1 Petrus 2:9-10). Mandat terpenting yang Tuhan Yesus perintahkan bukan untuk menolong sesama, tetapi memberitakan Injil (Matius 28:19-20). Pemberitaan Injil adalah tugas yang paling penting bagi gereja dan orang Kristen.
Pemberitaan Injil adalah mengkomunikasikan suara hati Allah kepada manusia melalui para hamba-Nya agar manusia dapat menemukan kebenaran dan keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus serta mengalami perubahan dalam kehidupannya. Pendapat lain juga dikemukakan oleh J. S Baird yang mengutip pernyataan Brooks sebagai berikut, "Pemberitaan Injil adalah mengkomunikasikan kebenaran melalui manusia kepada manusia. Dua elemen yang sangat essensial dalam penginjilan adalah kebenaran dan kepribadian".
Pemberitaan Injil tidak dapat dipisahkan dari relasi penginjil atau orang yang memberitakan Injil sebagai mediator Allah dan tingkah laku sebagai realisasi dari isi penginjilan. Searah dengan pernyataan itu P. H Pouw mengatakan: "Pemberitaan Injil adalah suatu pembicaraan yang menerangkan jalan keselamatan manusia melalui Yesus Kristus yang dilakukan oleh mulut manusia, supaya menjadi kesaksian bagi manusia yang lain. Jadi dapat dikatakan bahwa penginjilan mempunyai relasi yang sangat erat antara Allah, penginjil dan orang-orang sekelilingnya. Pada saat memberitakan Injil seorang akan berfokus pada Tuhan Yesus Kristus sang penyelamat manusia. Pemberitaan injil tidak dapat dipisahkan dengan keselamatan manusia. George W. Peters meletakkan prinsip-prinsip dasar tentang keselamatan,
Keselamatan pada dasarnya berasal dari yang ilahi. Keselamatan pada dasarnya bersifat Kristosentris. Keselamatan pada dasarnya berhubungan dengan penyaliban-kebangkitan. Keselamatan pada dasarnya kita peroleh karena anugerah. Keselamatan pada dasarnya adalah kesatuan organik. Keselamatan pada dasarnya bermuatan dan bertujuan moral. Keselamatan pada dasarnya adalah oleh iman. Keselamatan berlaku universal.
Keselamatan kemungkinan besar menyangkut alam semesta. Mandat terpenting yang diajarkan oleh Alkitab bukan mandat sosial, tetapi mandat penginjilan. Banyak penganut “theologi” religionum mementingkan aspek sosial di dalam misi dengan segudang “dukungan” ayat-ayat Alkitab, padahal inti berita Alkitab bukan itu, tetapi mandat penginjilan. Mengapa? Karena penginjilan adalah mandat dari Allah sendiri yang bertujuan membebaskan umat-Nya dari dosa/kegelapan menuju kepada Terang Allah yang ajaib (1 Petrus 2:9-10). Mandat terpenting yang Tuhan Yesus perintahkan bukan untuk menolong sesama, tetapi memberitakan Injil.
Penginjilan bisa melalui media internet, seperti email, Friendster, forum, dan milis. Dengan kata lain, semua media, baik cetak maupun elektronik, bisa dipakai sebagai sarana penginjilan.
Teologia Pemberitaan Injil dalam Perjanjian Lama
Yesus Kristus selalu mengaitkan diri-Nya, pesan-Nya dan misi-Nya dengan Perjanjian Lama. Ia tidak mempertentangkan atau menghancurkan, melainkan mengubah, memperkaya, mengembangkan dan dalam banyak hal mentransformasikan serta mempermuliakan Perjanjian Lama. Istilah kunci dalam Perjanjian Lama yang merujuk kepada Injil ialah kata kerja rsb (basar). Pengertian umumnya adalah “menyampaikan kabar baik”. Kejadian 3:15 dikenal dengan istilah 'proto evangelium' atau 'the mother of promise', sebab di sini letak berita Injil yang pertama kali disampaikan oleh Allah ketika manusia jatuh ke dalam dosa.
Itulah janji kemenangan yang pada akhirnya digenapi di dalam dan melalui karya salib Kristus, di mana keturunan perempuan itu telah mengalahkan Iblis dan memberi kemenangan bagi seluruh umat yang percaya kepada-Nya. H.G. Gunnik menjelaskan hal tersebut demikian:
Di dalam dunia ini akan ada dua persekutuan yang selalu berperang, yang satu melawan yang lain. Akhirnya kekuatan yang jahat akan melukai anak-anak Allah juga. Hukuman bagi ular/lblis itu adalah kebaikan dari Allah bagi manusiaNya. Karena suruhan berperang itu berarti bahwa Allah tetap memperhatikan manusia-Nya. Bukan hanya Adam dan Hawa saja tetapi keturunan mereka sampai sekarang. Dalam ayat ini kita mendengar Injil/kabar baik tentang Kristus. Ia akan datang untuk mengalahkan Iblis itu. Allah sendiri mengurus keselamatan umatNya.
Jadi, Kejadian 3:15 sesungguhnya menunjuk kepada Kristus yang akan lahir untuk mengerjakan keselamatan bagi umat-Nya sebab dengan kekuatan ilahi-Nya manusia mampu mengalahkan maut. Henry C. Thiessen mengatakan: Cara yang dipakai Allah untuk menebus umat manusia ialah melalui keturunan perempuan (Kej. 3:15). Sang Penebus akan dilahirkan oleh seorang perempuan, dilahirkan di bawah hukum Taurat (Gal. 4:4). Ia harus yang manusiawi namun juga yang ilahi sehingga dapat menjadi perantaraan di antara manusia dengan Allah serta mendamaikan kedua pihak. Perdamaian hanya dapat melalui penjelmaan, yaitu Allah yang menjadi manusia.
Dengan demikian proto evangelium dalam Kejadian 3:15 adalah permulaan Injil yang menunjuk pada rencana Allah untuk penyelamatan umat-Nya. Kristus datang untuk menderita secara daging dalam peperangan melawan Iblis dan puncaknya pada kematian di atas kayu salib, namun di situlah Iblis dikalahkan, kepalanya diremukkan oleh Kristus yang dibuktikan dengan kebangkitan-Nya dari antara orang mati. George W. Peters mengatakan bahwa: “Protevangelium merupakan tema yang menonjol secara soteriologis (arah dan maksud dominan, menyatukan dan mencakup semua) dan merupakan prinsip hermeneutik yang memandu penafsiran Perjanjian Lama.” Jadi dapat dikatakan bahwa berita Injil sudah mulai dikemukakan semenjak manusia jatuh dalam dosa.
Teologia Pemberitaan Injil dalam Perjanjian Baru
Pemilihan kata-kata kerja dalam Perjanjian Baru (Bahasa Yunani) bagi aktivitas pemberitaan, menunjukkan kembali kepada arti yang asli. Kata kerja yang paling khas ialah kerusw - kerusso mengumumkan sebagai seorang bentara. Di dalam dunia kuno bentara adalah orang penting. Jika kerusso menyatakan sesuatu tentang aktivitas pemberitaan, maka euggelizomai - eungelizomai “membawa kabar baik” (berasal dari kata eus – baik dan kata kerja angello – memberitahukan) adalah menekankan kualitas berita itu sendiri. Selanjutnya Douglas mengatakan “dalam Perjanjian Baru, penginjil ialah orang yang ‘memberitakan kabar baik”. Yakin bahwa hanya Injil yang dapat membawa keselamatan dengan semua berkat yang terkait dengannya, Paulus dengan gigih dan tegas mengatakan bahwa Injil bersifat mutlak dan eksklusif. Dari keyakinan itu dapat dikatakan bahwa Perjanjian Baru lebih cenderung merupakan teologi yang operasional daripada teologi dalam penalaran dan konsep. Perjanjian Baru adalah “teologi pekabaran Injil.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa Teologia Pemberitaan Injil dalam Perjanjian Baru tidak dapat dipisahkan dari motivasi, komitmen, visi dan bekerja di dalam kesadaran bahwa diri misioner rasuli dikendalikan oleh Roh Kudus.
Hubungan antara Pemahaman Makna Salib Kristus dan Pemberitaan Injil
Paradigma orang percaya terhadap apa yang diimaninya sangat berpengaruh pada minat dan tingkah lakunya. Paradigma yang benar atau salah dari seseorang adalah sumber dari sikap dan perilakunya dan akhirnya sumber bagi hubungannya dengan orang lain. Orang Kristen adalah orang yang menuju kesempurnaan melalui perasaan berutang. Alkitab melampaui seluruh ajaran tertinggi manusia. Ketika filsafat Yunani mengajarkan “Take and Give”, Alkitab mengajarkan “Given so give it!” Memberi dengan cuma-cuma, karena pemberitaan itu dianugerahkan dengan cuma-cuma. Dengan perasaan berutang Injil, Paulus memberitakan Injil kepada orang Yunani maupun orang bukan Yunani, orang terpelajar maupun tidak terpelajar (Roma 1:14). Dan motivasi penginjilan yang terakhir adalah pengharapan maranatha. Apa yang harus dilakukan dalam pengharapan kedatangan Tuhan kembali ini? Ada dua hal, yaitu menyucikan diri dan menyelesaikan pekerjaan-Nya melalui pemberitaan Injil.
Sisi lain yang menjadi tanggung-jawab orang percaya adalah memberitakan kabar kasih Allah kepada dunia ini, yakni berita pengampunan dosa dan keselamatan dari Allah, bahwa Allah di dalam Yesus Kristus telah mengerjakan hal itu dengan menyerahkan diri-Nya untuk mati di atas kayu salib, menerima hukuman murka Allah dalam menggantikan posisi manusia berdosa. Dalam hal ini Allah telah mengerjakan pendamaian dan penebusan dosa bagi seluruh umat manusia, dan beritanya harus disampaikan kepada semua bangsa di dunia ini.
Jadi karena Kristus telah menerima diri-Nya menjadi kurban kasih karunia Allah bagi umat-Nya, dan karena orang percaya telah menerima pengampunan dosa dan keselamatan atas kasih karunia itu, maka semua orang percaya adalah orang-orang yang berutang kepada kasih karunia Allah. Atas dasar itu, orang percaya wajib bekerja untuk kasih karunia Allah bagi dunia ini, yakni menyampaikan kabar tersebut kepada mereka yang belum percaya dan belum pernah mendengar Injil.
Setiap orang percaya, karena telah menerima pengampunan dosa dan keselamatan atas kasih karunia Allah tersebut, berarti telah memiliki kekuatan kasih Allah dalam dirinya untuk menyelamatkan mereka yang akan binasa karena tidak mengenal kebenaran Allah. Dengan demikian setiap orang percaya pada dasarnya dipanggil tidak untuk keselamatan dirinya sendiri, tetapi juga untuk berperan dalam misi Allah demi keselamatan sesamanya. Itulah sebabnya orang percaya disebut sebagai saksi-saksi Kristus. Inilah Tujuan hidup Allah dalam kehidupan orang percaya. Tidak ada yang lebih penting daripada mengetahui tujuan-tujuan Allah bagi kehidupan manusia dan tidak ada yang dapat menggantikan kerugiannya jika manusia tidak mengetahui tujuan-tujuan tersebut.
Pada akhir pelayanan di dunia ini, setelah kebangkitan-Nya dari antara orang mati, Tuhan Yesus meneguhkan iman murid-murid-Nya dan memberi perintah kepada mereka untuk memberitakan Injil. Jadi pemberitaan Injil menjadi kehidupan para murid, menjadi kepentingan yang sangat memikat dan menjadi cita-cita yang memenuhi mereka dan untuk membaktikan seluruh kehidupan dengan sukcacita. Tentang itu A. W. Pink mengatakan,
"The servants of God are to "preach the Gospel" (Mark 16:15) wich is a proclamation of mercy through Christ. The Gospel is a devine revelation of the way of the salvation by free grace through the Lord Jesus."
Yang menjadi dasar dan kekuatan pelayanan pemberitaan Injil adalah kuasa yang dimiliki oleh Yesus Kristus. "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu pergilah..." Dalam hal itu, yang memberi perintah adalah Raja di atas segala raja. Oleh sebab itu, perintah ini tidak boleh diabaikan. Tentang tugas pemberitaan Injil Bruce Milne mengatakan sebagai berikut,
All outhority has been given to Me. Therefor go." The ascended Lord sends out the church to preach the Gospel to every creature, to teach, to heal and to minister to every need of man in Christ's name. This is not in order to make Jesus King in the world, but because the world King has sent us.
Demikianlah orang percaya harus memberitakan Injil, melayani dengan kuasa dan wibawa Raja yang memerintah seluruh dunia. Orang percaya tidak perlu takut dan bimbang, sebab Kristus yang berkuasa itu senantiasa menyertai orang percaya sampai kepada akhir zaman. Dalam hal ini, orang percaya yang sungguh-sungguh menyadari akan panggilannya senantiasa siap melayani Tuhan, memberitakan Injil dengan penuh kasih dan perhatian kepada orang-orang yang belum menerima Kristus, serta mengajar mereka dengan wibawa kuasa Allah, sebab kasih Kristus telah menguasai mereka.
Kesadaran akan tugas dan panggilannya sebagai utusan Kristus bagi dunia ini, merupakan peluang untuk kuasa Roh Kudus bekerja dalam diri orang percaya. Roh Kudus yang ada dalam diri orang percaya sehingga mereka dapat berbicara dengan berani dan dengan wibawa kuasa Allah dalam menuntun orang lain untuk menerima Kristus dalam hidupnya. Dengan demikian, mengingat pentingnya pelayanan pemberitaan Injil, maka orang percaya sebagai pribadi maupun sebagai lembaga gerejawi harus sungguh-sungguh menyadari tugas dan panggilannya untuk mengambil bagian dalam misi dan penginjilan dunia. Itulah tujuan kasih yang sesungguhnya, yang harus dicapai oleh gereja Tuhan demi keselamatan banyak orang.