Rabu, 27 Januari 2010

Teologia Pemberitaan Injil

Pemberitaan Injil

             Injil berarti kabar baik. Injil adalah kabar gembira, berita baik dari Allah yang mengutus Yesus Kristus untuk menjadi Tuhan dan Juru Selamat manusia. Kedatangan Yesus Kristus dan mulainya pemerintahan Allah di dunia ini merupakan inti Injil yang harus diberitakan ke mana-mana (bandingkan Matius 24:14). Kemudian tulisan-tulisan rasul-rasul yang membukukan kesaksian tentang diri Yesus Kristus disebut juga kitab-kitab Injil.
            Pada saat permulaan pelayanan-Nya, Tuhan Yesus menyatakan bahwa Dia telah diurapi khusus untuk memberitakan Kerajaan Allah. Kemudian Dia memerintahkan para murid-Nya untuk melanjutkan pelayanan dengan menyebarkan Injil.
            Tuhan Yesus dalam khotbah-Nya selalu menggunakan istilah Injil Kerajaan Allah atau Injil Kerajaan Sorga(Band. Matius 4:23, 4:43; 8:1). Injil Kerajaan Allah merupakan kabar baik yang diberitakan Yesus yaitu Raja Mesianis telah tiba untuk mendirikan kerajaan yang dijanjikan. Pemberitaan itu diikuti dengan mukjizat-mukjizat penyembuhan. Tuhan Yesus mulai dengan memberitakan Kerajaan Allah (Markus 1:14-15) dan mengakhiri dengan berkhotbah tentang hal itu (Kisah Para Rasul 1:3). George W. Peters mengatakan bahwa mungkin lebih baik jika memahami Kerajaan Allah secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif berarti pemerintahan Allah dalam hati manusia, pemerintahan Allah dalam gereja dan pemerintahan Allah di dunia. Secara kuantitatif konsep kerajaan Allah secara tidak langsung menyatakan sebuah kerajaan, suatu kenyataan yang objektif.
            Setelah kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga dan terjadinya Pentakosta, para rasul memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias (Kis. 5:42). Mathew Hendry mengatakan tentang hal tersebut:
The apostles did not preach themselves, but Christ. This was the preaching that most offended the priests. But it ought to be the constant business of gospel ministers to preach Christ: Christ, and him crucified; Christ, and him glorified; nothing beside this, but what has reference to it. And whatever is our station or rank in life, we should seek to make Him known, and to glorify his name.
             Pusat pemberitaan Injil para rasul adalah tentang salib Kristus. Pemberitaan Injil atau penginjilan adalah proklamasi dinamis tentang Injil penebusan sebagai titik pusat iman kepada umat manusia.
Pemberitaan Injil adalah mandat dari Allah sendiri yang bertujuan membebaskan umat-Nya dari dosa/kegelapan menuju kepada Terang Allah yang ajaib (1 Petrus 2:9-10). Mandat terpenting yang Tuhan Yesus perintahkan bukan untuk menolong sesama, tetapi memberitakan Injil (Matius 28:19-20). Pemberitaan Injil adalah tugas yang paling penting bagi gereja dan orang Kristen.
           Pemberitaan Injil adalah mengkomunikasikan suara hati Allah kepada manusia melalui para hamba-Nya agar manusia dapat menemukan kebenaran dan keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus serta mengalami perubahan dalam kehidupannya. Pendapat lain juga dikemukakan oleh J. S Baird yang mengutip pernyataan Brooks sebagai berikut, "Pemberitaan Injil adalah mengkomunikasikan kebenaran melalui manusia kepada manusia. Dua elemen yang sangat essensial dalam penginjilan adalah kebenaran dan kepribadian".
           Pemberitaan Injil tidak dapat dipisahkan dari relasi penginjil atau orang yang memberitakan Injil sebagai mediator Allah dan tingkah laku sebagai realisasi dari isi penginjilan. Searah dengan pernyataan itu P. H Pouw mengatakan: "Pemberitaan Injil adalah suatu pembicaraan yang menerangkan jalan keselamatan manusia melalui Yesus Kristus yang dilakukan oleh mulut manusia, supaya menjadi kesaksian bagi manusia yang lain. Jadi dapat dikatakan bahwa penginjilan mempunyai relasi yang sangat erat antara Allah, penginjil dan orang-orang sekelilingnya. Pada saat memberitakan Injil seorang akan berfokus pada Tuhan Yesus Kristus sang penyelamat manusia. Pemberitaan injil tidak dapat dipisahkan dengan keselamatan manusia. George W. Peters meletakkan prinsip-prinsip dasar tentang keselamatan,
            Keselamatan pada dasarnya berasal dari yang ilahi. Keselamatan pada dasarnya bersifat Kristosentris. Keselamatan pada dasarnya berhubungan dengan penyaliban-kebangkitan. Keselamatan pada dasarnya kita peroleh karena anugerah. Keselamatan pada dasarnya adalah kesatuan organik. Keselamatan pada dasarnya bermuatan dan bertujuan moral. Keselamatan pada dasarnya adalah oleh iman. Keselamatan berlaku universal.
            Keselamatan kemungkinan besar menyangkut alam semesta. Mandat terpenting yang diajarkan oleh Alkitab bukan mandat sosial, tetapi mandat penginjilan. Banyak penganut “theologi” religionum mementingkan aspek sosial di dalam misi dengan segudang “dukungan” ayat-ayat Alkitab, padahal inti berita Alkitab bukan itu, tetapi mandat penginjilan. Mengapa? Karena penginjilan adalah mandat dari Allah sendiri yang bertujuan membebaskan umat-Nya dari dosa/kegelapan menuju kepada Terang Allah yang ajaib (1 Petrus 2:9-10). Mandat terpenting yang Tuhan Yesus perintahkan bukan untuk menolong sesama, tetapi memberitakan Injil.
            Penginjilan bisa melalui media internet, seperti email, Friendster, forum, dan milis. Dengan kata lain, semua media, baik cetak maupun elektronik, bisa dipakai sebagai sarana penginjilan.

Teologia Pemberitaan Injil  dalam Perjanjian Lama
             Yesus Kristus selalu mengaitkan diri-Nya, pesan-Nya dan misi-Nya dengan Perjanjian Lama. Ia tidak mempertentangkan atau menghancurkan, melainkan mengubah, memperkaya, mengembangkan dan dalam banyak hal mentransformasikan serta mempermuliakan Perjanjian Lama.
Istilah kunci dalam Perjanjian Lama yang merujuk kepada Injil ialah kata kerja rsb (basar). Pengertian umumnya adalah “menyampaikan kabar baik”. Kejadian 3:15 dikenal dengan istilah 'proto evangelium' atau 'the mother of promise', sebab di sini letak berita Injil yang pertama kali disampaikan oleh Allah ketika manusia jatuh ke dalam dosa.
             Itulah janji kemenangan yang pada akhirnya digenapi di dalam dan melalui karya salib Kristus, di mana keturunan perempuan itu telah mengalahkan Iblis dan memberi kemenangan bagi seluruh umat yang percaya kepada-Nya. H.G. Gunnik menjelaskan hal tersebut demikian:

Di dalam dunia ini akan ada dua persekutuan yang selalu berperang, yang satu melawan yang lain. Akhirnya kekuatan yang jahat akan melukai anak-anak Allah juga. Hukuman bagi ular/lblis itu adalah kebaikan dari Allah bagi manusiaNya. Karena suruhan berperang itu berarti bahwa Allah tetap memperhatikan manusia-Nya. Bukan hanya Adam dan Hawa saja tetapi keturunan mereka sampai sekarang. Dalam ayat ini kita mendengar Injil/kabar baik tentang Kristus. Ia akan datang untuk mengalahkan Iblis itu. Allah sendiri mengurus keselamatan umatNya.
              Jadi, Kejadian 3:15 sesungguhnya menunjuk kepada Kristus yang akan lahir untuk mengerjakan keselamatan bagi umat-Nya sebab dengan kekuatan ilahi-Nya manusia mampu mengalahkan maut. Henry C. Thiessen mengatakan: Cara yang dipakai Allah untuk menebus umat manusia ialah melalui keturunan perempuan (Kej. 3:15). Sang Penebus akan dilahirkan oleh seorang perempuan, dilahirkan di bawah hukum Taurat (Gal. 4:4). Ia harus yang manusiawi namun juga yang ilahi sehingga dapat menjadi perantaraan di antara manusia dengan Allah serta mendamaikan kedua pihak. Perdamaian hanya dapat melalui penjelmaan, yaitu Allah yang menjadi manusia.
           Dengan demikian proto evangelium dalam Kejadian 3:15 adalah permulaan Injil yang menunjuk pada rencana Allah untuk penyelamatan umat-Nya. Kristus datang untuk menderita secara daging dalam peperangan melawan Iblis dan puncaknya pada kematian di atas kayu salib, namun di situlah Iblis dikalahkan, kepalanya diremukkan oleh Kristus yang dibuktikan dengan kebangkitan-Nya dari antara orang mati. George W. Peters mengatakan bahwa: “Protevangelium merupakan tema yang menonjol secara soteriologis (arah dan maksud dominan, menyatukan dan mencakup semua) dan merupakan prinsip hermeneutik yang memandu penafsiran Perjanjian Lama.”  Jadi dapat dikatakan bahwa berita Injil sudah mulai dikemukakan semenjak manusia jatuh dalam dosa.

Teologia Pemberitaan Injil  dalam Perjanjian Baru
            Pemilihan kata-kata kerja dalam Perjanjian Baru (Bahasa Yunani) bagi aktivitas pemberitaan, menunjukkan kembali kepada arti yang asli. Kata kerja yang paling khas ialah kerusw - kerusso mengumumkan sebagai seorang bentara. Di dalam dunia kuno bentara adalah orang penting. Jika kerusso menyatakan sesuatu tentang aktivitas pemberitaan, maka euggelizomai - eungelizomai “membawa kabar baik” (berasal dari kata eus – baik dan kata kerja angello – memberitahukan) adalah menekankan kualitas berita itu sendiri. Selanjutnya Douglas mengatakan “dalam Perjanjian Baru, penginjil ialah orang yang ‘memberitakan kabar baik”.
           Yakin bahwa hanya Injil yang dapat membawa keselamatan dengan semua berkat yang terkait dengannya, Paulus dengan gigih dan tegas mengatakan bahwa Injil bersifat mutlak dan eksklusif. Dari keyakinan itu dapat dikatakan bahwa Perjanjian Baru lebih cenderung merupakan teologi yang operasional daripada teologi dalam penalaran dan konsep. Perjanjian Baru adalah “teologi pekabaran Injil.”
          Jadi dapat disimpulkan bahwa Teologia Pemberitaan Injil dalam Perjanjian Baru tidak dapat dipisahkan dari motivasi, komitmen, visi dan bekerja di dalam kesadaran bahwa diri misioner rasuli dikendalikan oleh Roh Kudus.

Hubungan antara Pemahaman Makna Salib Kristus dan Pemberitaan Injil
               Paradigma orang percaya terhadap apa yang diimaninya sangat berpengaruh pada minat dan tingkah lakunya. Paradigma yang benar atau salah dari seseorang adalah sumber dari sikap dan perilakunya dan akhirnya sumber bagi hubungannya dengan orang lain.
              Orang Kristen adalah orang yang menuju kesempurnaan melalui perasaan berutang. Alkitab melampaui seluruh ajaran tertinggi manusia. Ketika filsafat Yunani mengajarkan “Take and Give”, Alkitab mengajarkan “Given so give it!” Memberi dengan cuma-cuma, karena pemberitaan itu dianugerahkan dengan cuma-cuma. Dengan perasaan berutang Injil, Paulus memberitakan Injil kepada orang Yunani maupun orang bukan Yunani, orang terpelajar maupun tidak terpelajar (Roma 1:14). Dan motivasi penginjilan yang terakhir adalah pengharapan maranatha. Apa yang harus dilakukan dalam pengharapan kedatangan Tuhan kembali ini? Ada dua hal, yaitu menyucikan diri dan menyelesaikan pekerjaan-Nya melalui pemberitaan Injil.
             Sisi lain yang menjadi tanggung-jawab orang percaya adalah memberitakan kabar kasih Allah kepada dunia ini, yakni berita pengampunan dosa dan keselamatan dari Allah, bahwa Allah di dalam Yesus Kristus telah mengerjakan hal itu dengan menyerahkan diri-Nya untuk mati di atas kayu salib, menerima hukuman murka Allah dalam menggantikan posisi manusia berdosa. Dalam hal ini Allah telah mengerjakan pendamaian dan penebusan dosa bagi seluruh umat manusia, dan beritanya harus disampaikan kepada semua bangsa di dunia ini.
            Jadi karena Kristus telah menerima diri-Nya menjadi kurban kasih karunia Allah bagi umat-Nya, dan karena orang percaya telah menerima pengampunan dosa dan keselamatan atas kasih karunia itu, maka semua orang percaya adalah orang-orang yang berutang kepada kasih karunia Allah. Atas dasar itu, orang percaya wajib bekerja untuk kasih karunia Allah bagi dunia ini, yakni menyampaikan kabar tersebut kepada mereka yang belum percaya dan belum pernah mendengar Injil.

             Setiap orang percaya, karena telah menerima pengampunan dosa dan keselamatan atas kasih karunia Allah tersebut, berarti telah memiliki kekuatan kasih Allah dalam dirinya untuk menyelamatkan mereka yang akan binasa karena tidak mengenal kebenaran Allah. Dengan demikian setiap orang percaya pada dasarnya dipanggil tidak untuk keselamatan dirinya sendiri, tetapi juga untuk berperan dalam misi Allah demi keselamatan sesamanya. Itulah sebabnya orang percaya disebut sebagai saksi-saksi Kristus. Inilah Tujuan hidup Allah dalam kehidupan orang percaya. Tidak ada yang lebih penting daripada mengetahui tujuan-tujuan Allah bagi kehidupan manusia dan tidak ada yang dapat menggantikan kerugiannya jika manusia tidak mengetahui tujuan-tujuan tersebut.
         Pada akhir pelayanan di dunia ini, setelah kebangkitan-Nya dari antara orang mati, Tuhan Yesus meneguhkan iman murid-murid-Nya dan memberi perintah kepada mereka untuk memberitakan Injil. Jadi pemberitaan Injil menjadi kehidupan para murid, menjadi kepentingan yang sangat memikat dan menjadi cita-cita yang memenuhi mereka dan untuk membaktikan seluruh kehidupan dengan sukcacita. Tentang itu A. W. Pink mengatakan,
"The servants of God are to "preach the Gospel" (Mark 16:15) wich is a proclamation of mercy through Christ. The Gospel is a devine revelation of the way of the salvation by free grace through the Lord Jesus."
          Yang menjadi dasar dan kekuatan pelayanan pemberitaan Injil adalah kuasa yang dimiliki oleh Yesus Kristus. "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu pergilah..." Dalam hal itu, yang memberi perintah adalah Raja di atas segala raja. Oleh sebab itu, perintah ini tidak boleh diabaikan. Tentang tugas pemberitaan Injil Bruce Milne mengatakan sebagai berikut,
All outhority has been given to Me. Therefor go." The ascended Lord sends out the church to preach the Gospel to every creature, to teach, to heal and to minister to every need of man in Christ's name. This is not in order to make Jesus King in the world, but because the world King has sent us.
            Demikianlah orang percaya harus memberitakan Injil, melayani dengan kuasa dan wibawa Raja yang memerintah seluruh dunia. Orang percaya tidak perlu takut dan bimbang, sebab Kristus yang berkuasa itu senantiasa menyertai orang percaya sampai kepada akhir zaman. Dalam hal ini, orang percaya yang sungguh-sungguh menyadari akan panggilannya senantiasa siap melayani Tuhan, memberitakan Injil dengan penuh kasih dan perhatian kepada orang-orang yang belum menerima Kristus, serta mengajar mereka dengan wibawa kuasa Allah, sebab kasih Kristus telah menguasai mereka.
            Kesadaran akan tugas dan panggilannya sebagai utusan Kristus bagi dunia ini, merupakan peluang untuk kuasa Roh Kudus bekerja dalam diri orang percaya. Roh Kudus yang ada dalam diri orang percaya sehingga mereka dapat berbicara dengan berani dan dengan wibawa kuasa Allah dalam menuntun orang lain untuk menerima Kristus dalam hidupnya. Dengan demikian, mengingat pentingnya pelayanan pemberitaan Injil, maka orang percaya sebagai pribadi maupun sebagai lembaga gerejawi harus sungguh-sungguh menyadari tugas dan panggilannya untuk mengambil bagian dalam misi dan penginjilan dunia. Itulah tujuan kasih yang sesungguhnya, yang harus dicapai oleh gereja Tuhan demi keselamatan banyak orang.

SEJARAH SALIB DALAM ALKITAB

Sejarah Salib dalam Alkitab


Dalam bagian ini penulis akan menguraikan sejarah salib dalam Perjanjian Lama dan setelah itu dalam Perjanjian Baru.
Salib dalam Perjanjian Lama

          Jauh sebelum salib dikenakan pada Tuhan Yesus Kristus, Allah sendiri telah menyatakan hukuman gantung itu sebagai kutukan Allah (Bandingkan Bilangan 25:4; Ulangan 21:22; Yosua 10:25,26). Dalam hal hukuman ini, orang yang digantung pada salib tidak boleh dibiarkan tergantung hingga malam hari. Demikian juga yang dilakukan oleh Yosua, oleh penduduk Yabesy-Gilead terhadap mayat Saul dan anak-anaknya yang digantung oleh orang Filistin di tembok kota Bet-Sean, demikian yang dilakukan oleh Yusuf Arimatea terhadap mayat Yesus (Bandingkanlah Ulangan 21:23; Yosua 10:27; 1 Samuel 31:8-12; Matius 27:57-60.
Dari keterangan diatas dapat dipahami bahwa salib sebagai alat hukuman, khususnya bagi bangsa Israel adalah berasal dari Allah sendiri. Dalam pelaksanaan hukuman salib dilakukan untuk mempertegas kutukan dan penghinaan atas orang yang melanggar hukum Tuhan.
Dalam hal itu orang Yahudi menganggap bahwa penyaliban itu adalah tanda kutukan yang paling hina dan peringatan yang paling kuat bagi pelanggar hukum yang paling jahat. Khususnya bagi orang-orang Yahudi hat itu tidak boleh dilakukan, karena dianggap tabu kalau dilakukan terhadap mereka. Marthin Hengel menjelaskan:
The excessive use made of crucifiction by the Romans in the pacification of Judaea meant that from the beginning of direct Roman rule crucifiction was taboo as a form of the Jewish death penalty. This change can also be inferred from Rabbinic interpretation of Deuteronomy 21:23.

Penyaliban dalam Perjanjian Lama membawa akibat kepada penyataan salib Yesus sebagai Mesias yang disalibkan, tidak dapat diterima oleh orang Yahudi.
            Menurut berita Perjanjian Lama, hanya ada satu peristiwa yang menunjukkan bahwa salib itu sebagai sumber kehidupan bagi Israel yakni dalam kasus pemberontakan Israel melawan Allah dan Musa, dalam perjalanan mengelilingi tanah Edom (Bandingkan Bilangan 21:4-9). Di sana Israel bersungut-sungut dan mencela makanan “manna” yang diberikan oleh Tuhan Allah mereka. Kemudian Tuhan berperkara dengan Israel, lalu Tuhan menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu untuk memagut mereka, sehingga banyak di antara bangsa Israel yang mati. Hukuman itu menimbulkan kesadaran dan penyesalan umat yang masih tertinggal. Dalam keadaan terancam oleh ular berbisa itu mereka mengaku bahwa mereka telah berdosa melawan Tuhan dan memohon kepada Musa supaya ia berdoa kepada Tuhan agar tulah itu dijauhkan dari antara mereka.
          Jawaban dari Tuhan terhadap doa yang dipanjatkan oleh nabi Musa ialah dengan cara membuat ular tembaga yang ditegakkan pada sebuah tiang, agar setiap orang yang terpagut ular, jika memandang kepada ular tembaga yang ditegakkan di atas tiang itu akan tetap hidup.
            Hal ini adalah semata-mata kemurahan Allah kepada bangsa Israel dan secara iman mereka ditantang untuk percaya pada Firman Tuhan bahwa dengan jalan memandang ular tembaga itu mereka akan tetap hidup. J.A. Thompson mengatakan: “Demikianlah Israel di ajar, bahwa hanya di dalam Allah ada kelepasan. Undangan sederhana supaya melihat dan hidup (bandingkan Yesaya 45: 22) adalah ujian iman. Ular berbisa dapat dibuat tidak berbahaya hanya karena belas kasihan Allah.”
            Hal diatas ternyata merupakan tipos bagi Anak Manusia yang akan disalibkan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Tuhan Yesus sendiri bahwa: "Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal"(Yohanes 3:14,15). Di sini Tuhan Yesus memberikan perbandingan sekaligus menerangkan bahwa apa yang dibuat oleh Musa di padang gurun merupakan tipos yang akan digenapkan pada diri-Nya. Donald Guthrie mengatakan,
            Peristiwa dalam PL mengenai Musa dan ular tedung (Bil 21:8,9) dikutip untuk menjelaskan pekerjaan duniawi dari Anak Manusia, peninggian jelas menunjuk kepada salib dan bukan kepada kemuliaan. Maksud yang sebenarnya dari perbandingan ini adalah perlunya iman. Perlu diperhatikan bahwa peninggian Anak Manusia adalah kebutuhan yang wajib. Adalah untuk tujuan ini bahwa Ia telah datang.
            Dalam bagian lain Tuhan Yesus juga mengemukakan tentang hal yang sama bahwa Ia akan ditinggikan pada salib dan kemudian orang akan mengerti tentang Dia, juga apabila Ia ditinggikan dari bumi maka Ia akan menarik semua orang datang kepadaNya (Bandingkan Yohanes 8:28; 12:32). Donald Guthrie mengatakan,
            Dalam Yohanes 12:33, hal ditinggikan itu dijelaskan oleh penulis dengan komentar "ini dikatakanNya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati." Jelas bahwa dalam Pikiran Yohanes hal ditinggikan itu berarti kenaikan Yesus di salib. Hal ini sama jelasnya dengan perbandingan dengan Musa yang meeninggikan ular (Yohanes 3:14, dan pernyataan Yesus kepada orang Yahudi bahwa mereka akan meninggikan Dia. Kedua sebutan ini mengarah kepada kesengsaraan yang akan datang (Yohanes 8:28).
             Dengan demikian tipos salib yang ditegakkan Musa di padang gurun dan mendatangkan keselamatan bagi Israel, adalah merupakan bukti sejarah bahwa Allah telah merencanakan keselamatan bagi umat manusia lewat karya salib Kristus, jauh sebelum hal itu terjadi pada diri Tuhan Yesus Kristus.

Salib dalam Perjanjian Baru
            Salib secara literal berarti penghukuman bagi penjahat-penjahat bangsa Romawi. Hal ini digunakan dalam beberapa peristiwa, misalnya menurut pemerintahan Romawi Yesus Kristus yang disamakan seperti seorang penjahat(bandingkan Matius 27:40, 42; Markus 15:30, 32; Yohanes 19:25, 31; Filipi 2:8), Simon orang Kirene dipaksa memikul salib Yesus (bandingkan Matius 27:32; Markus 15:21; Lukas 23:26); dan tulisan di atas kayu salib yang mengindikasikan alasan untuk menghukum (bandingkan Yohanes 19:19). Mengenai tulisan yang berada di atas kepala Tuhan Yesus, Charles F. Pfieffer dan Everett F. Harrison mengatakan, kejahatan yang dilakukan oleh terhukum ditulis pada sebuah papan yang digantungkan dileher atau dipakukan pada kayu salib di atas kepala-Nya. Yesus yang tidak pernah berdosa mati menggantikan manusia yang penuh dosa. Melalui penyaliban-Nya hukuman atas dosa manusia telah dilaksanakan.
             Salib secara simbolis menunjuk kepada makna penderitaan dan kematian orang percaya yang harus dipikulnya dalam mengikut Tuhannya. Konsep ini nyata di dalam beberapa pengajaran Tuhan Yesus kepada para murid dan orang-orang yang menyertai-Nya (bandingkan Matius 10:38;16:24; Markus 8:34; 10:21; Lukas 9:23, 14:27).

Makna salib Kristus
              Salib Kristus memiliki makna antara lain: pengganti, pengampunan, pengudusan, penebusan, pembenaran dan rekonsiliasi.
1. Pengganti
              Konsep penting pertama yang ditemukan dalam Perjanjian Baru yang berkaitan dengan kematian Kristus dan merupakan aspek paling mendasar dari kematian Kristus adalah bahwa Dia menggantikan umat manusia dan menanggung hukuman akibat dosa manusia. Kristus menderita sebagai pengganti orang berdosa, sehingga mengakibatkan kebaikan bagi kita karena Dialah yang membayar dosa-dosa kita.
Rasul Petrus, yang awalnya memberontak terhadap pemikiran tentang Yesus yang akan disalibkan, sesudah peristiwa tersebut, menuliskan dua pernyataan penting tentang hal tersebut: "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh" (1 Petrus 2:24). Tentang penggantian ini Donald C. Stamps menuliskan sebagai berikut:
             Tujuan dari kematian yang menggantikan ini agar kita dapat dipisahkan sama sekali dari kesalahan, kuasa dan pengaruh dosa. Melalui kematian-Nya Kristus menyelamatkan kesalahan kita dan hukuman bagi dosa kita, membuka jalan hingga kita pantas untuk kembali kepada Allah (Roma 3:24-26) dan menerima kasih karunia untuk hidup benar dihadapan-Nya. Roma 6:2-3; 2 Korintus 5:15;, Galatia 2:20). Petrus menggunakan kata sembuh dalam hubungan dengan keselamatan dengan segala berkat-Nya (Yesaya 53:5; Matius 8:16-17).
             Selanjutnya Rasul Petrus menuliskan, "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah" (1 Petrus 3:18). Beberapa pernyataan dalam Yesaya 53, yang merupakan nubuat yang diterapkan oleh Yesus serta para murid pada kematian Kristus, merupakan referensi yang jelas. Berikut ini kutipannya:
              Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. (Yesaya 53:4-6).
              Mesias akan memikul hukuman agar kita dapat dilepaskan dari kelemahan dan penyakit serta dosa-dosa. kita. Ayat Alkitab yang paling jelas menyatakan sampai sejauh apa Kristus menjadi pengganti adalah 2 Korintus 5:21, "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah." Pengorbanan Tuhan Yesus mengubah kehidupan orang berdosa dan pantas untuk mendapatkan kutuk beralih menjadi manusia yang benar di hadapan Allah. Tentang makna salib Kristus sebagai pengganti Everett F Horrison dalam The Wycliffe Bible Commentary mengatakan,
Dia yang tidak berdosa menjadi (diperhitungkan sebagai) berdosa untuk orang berdosa supaya orang berdosa dapat (diperhitungkan sebagai) menjadi tidak berdosa di dalam Dia yang tidak berdosa. Itulah inti dari Injil sebuah ayat yang setara pentingnya dengan Yohanes 3:16. Di dalam Perjanjian Lama Allah memperhitungkan orang percaya sebagai benar diajarkan melalui didikan (Kejadian 15:6, Roma 4:3,9), melalui nubuat (Yesaya 53:11; 61:10; Yeremia 23:6, dan melalui lambang (zakaria 3:1-5).
          Itulah alasan mengapa Dia "merasa sangat susah dan gelisah" di taman Getsemani dan berkata, "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya"(Markus 14:33-34). Inilah alasan Dia berseru, "Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki" (Markus 14:36). Ia sedang berbicara mengenai meminum cawan murka Allah atas dosa. Ia tahu bahwa itu berarti ditinggalkan oleh Bapa, seperti seruan-Nya di atas salib (Markus 15:34). John Stott menjelaskan hal itu dalam bukunya, The Cross of Christ, sebagai berikut: "Terhadap hubungan dengan dosa manusia inilah jiwa-Nya yang tidak berdosa merasa tawar hati. Terhadap pengalaman terasing dari Bapa-Nya yang merupakan bagian dari penghukuman atas dosa, Dia sangat gentar." Kristuslah yang memenuhi perjanjian perbuatan itu bagi manusia. Maka sekarang manusia dalam keadaan dibenarkan dan menerima keselamatan kalau mengaku pekerjaan Tuhan Yesus, karena Kristus sebagai penggantinya.

2. Pengampunan
          Hasil langsung dari manfaat kematian Kristus yang dikenakan pada orang berdoa adalah pengampunan dosa. Kematian itu niscaya agar pengampunan bisa diberikan, seperti yang dijelaskan dalam Ibrani 9:22. Hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan. Peter Wongso mengatakan tentang hal itu sebagai berikut:,
Kenajisan materi dapat dibersihkan dengan air atau dengan bahan kimia, tetapi perbuatan dosa adalah masalah hidup, tekad, pikiran, sikap, emosi, nafsu, batin manusia, bukan berupa kenajisan materi oleh sebab itu harus disucikan dengan darah sebagai tanda hidup yang non materi.
Rasul Yohanes menggambarkannya dengan menggunakan tiga kata penting yang menjelaskan cara Allah mengampuni orang berdosa: "tetapi, jika kita pertama, mengaku dosa kita, maka Ia adalah kedua, setia dan ketiga, adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan" (I Yohanes 1:9). Bagian manusia adalah mengakui dosa. Bagian Allah adalah mengampuni. Ia adalah setia dan adil dalam melakukannya. John Stott menjelaskan artinya, "Dia setia dalam mengampuni karena Dia telah berjanji untuk melakukannya, dan adil karena Yesus mati bagi dosa kita." Pengampunan didasarkan pada pekerjaan Kristus yang mendamaikan dan menebus karena itu merupakan tindakan anugerah dari Tuhan. Iman dan pertobatan bukanlah jasa tetapi cara dengan mana manusia menerima anugerah illahi. Dia menanggung hukuman manusia dan itu memenuhi tuntutan keadilan Allah. Pesan pengampunan adalah salah satu aspek revolusioner dari Injil Kristen.

Pengudusan
              Pengudusan atau sanctification adalah anugerah Allah yang bebas, di mana manusia diperbaharui dalam seluruh kemanusiaan sebagai peta Allah dan memungkinkan untuk makin mati terhadap dosa dan hidup dalam kebenaran. Kekudusan memegang peran yang sangat penting dalam iman Kristen, karena tanpa kekudusan seorang tidak akan melihat kemuliaan Allah. Melalui kekudusan seorang alan menikmati kehidupannya dengan benar. J. D Douglas menuliskan sebagai berikut:
           Kudus, Pengudusan. Makna dasar dari akar kata Ibrani qados antara lain: (i)'menyendirikan, (ii)cemerlang'. Arti pertama mungkin menekankan kekudusan atau pengudusan dalam arti posisi, status, nisbah, dalam mana kata itu diterjemahkan 'terpotong', 'dipisahkan', 'disendirikan untuk penggunaan khusus', 'diserahkan untuk', atau 'disucikan', 'dianggap keramat atau suci lawan dari yg biasa, tercemar atau sekuler'. Arti kedua mungkin menekankan peng¬gunaannya berkaitan dengan keadaan, atau proses, yang dalam PB mengarah ke pemikiran tentang perubahan batin yg ter¬jadi berangsur-angsur, yang menghasilkan kemurnian, kebe¬naran moral, dan pemikiran-pemikiran suci yang menyatakan diri dalam perbuatan-perbuatan lahiriah yang baik dan menurut kehendak Tuhan.
             Istilah Yunani yang dipakai  higiazmos berarti menjadikan kudus, menahbiskan, memisahkan dari dunia dan diajuhkan dari dosa supaya kita dapat memperoleh persekutuan yang erat dengan Allah dan melayani Dia dengan sukacita. Pengudusan sebagai memisahkan diri untuk Allah, memperhitungkan Kristus sebagai kekudusan kita, dibersihkan dari kejahatan moral, serta menjadi serupa dengan gambaran Kristus. Dalam hal ini pengudusan berbeda dengan pembenaran, karena pembenaran merupakan suatu tindakan yang terjadi sekali saja dan bukan suatu proses.
               Salah satu aspek penting dari penyucian yang terjadi melalui Kristus adalah penyucian hati nurani. Ibrani 9:14 berkata, "Betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat akan menyucian hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup."
               Aspek subjektif dari pengampunan menjelaskan tentang kebebasan yang diterima melalui anugerah pengampunan. Inti kemanusiaan dengan sisa-sisa gambar Allah yang bekerja melalui hati nurani, mengatakan bahwa dosa membuat manusia najis. Manusia berusaha menindas pikirannya yang najis tersebut, tetapi pikiran ini selalu muncul. Pikiran najis tersebut bisa disembunyikan, tetapi tidak sepenuhnya terlupakan. Kesadaran akan hati nurani yang telah disucikan merupakan suatu pengalaman yang memerdekakan. Saat seorang wanita yang sebelumnya hidup najis memahami arti penyucian dari Allah, dia berseru dengan penuh kebahagiaan, "Di mata Allah, aku seorang perawan." Dia benar, karena Allah, dalam menggambarkan berkat kovenan baru menyatakan, "Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka" (Yeremia 31:34). Pengudusan adalah tuntutan untuk orang percaya di dalam Kristus, sebab Alkitab mengajarkan bahwa, “tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Allah’ (Ibrani 12:14).
              Anak-anak Allah memperoleh pengudusan oleh iman, oleh persekutuan dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya, oleh Firman-Nya dan oleh pekerjaan pembaharuan dan pengudusan Roh Kudus dalam hati manusia. Pengudusan yang sejati menuntut bahwa orang percaya tetap memelihara hubungan yang intim dengan Kristus, mempunyai persekutuan dengan orang percaya, membiasakan diri untuk berdoa, menaati firman Allah, peka terhadap kehadiran dan pemeliharaan Allah, mengasihi kebenaran dan membenci kefasikan, mematikan dosa, tunduk kepada disiplin Allah, tetap taat dan dipenuhi Roh Kudus.
              Pengudusan dapat dibedakan dalam dua segi yaitu yang bersifat objectif (pasif) yaitu karya Kristus yang sudah sempurna bagi manusia, tanpa campur tangan manusia dan yang kedua bersifat subjectif (aktif) yaitu kesempurnaannya akan dimiliki oleh orang-orang percaya di dalam kemuliaan Surga. Pengudusan dapat meliputi suatu pengalaman tertentu setelah menerima keselamatan.

3. Penebusan

              Pada subbab ini penulis akan menjelaskan makna penebusan dalam konteks Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Makna Penebusan dalam Perjanjian Lama
              Dalam Perjanjian Lama ada tiga istilah yang menjelaskan tentang penebusan yakni  kopher - padah,  - gaal.
Istilah "kopher" berarti: tebusan, pemberian pengganti atau pembayaran denda; berupa uang tebusan untuk menutupi kesalahan atau menyelamatkan nyawa orang yang bersalah tersebut. Istilah ini digunakan berkenaan dengan tebusan nyawa karena melakukan pembunuhan dengan tidak sengaja, juga tebusan nyawa pada waktu pendaftaran penduduk, dimana niasing-masing orang memberikan persembahan khusus kepada Tuhan untuk mengadakan pendamaian bagi nyawa mereka (Keluaran 21:30; 30:11-16).
            Istilah "padah" berarti: tebusan nyawa, khususnya schubungan dengan nyawa anak sulung atau yang lahir terlebih dahulu, baik dari manusia maupun binatang. Penebusan ini dilakukan dalam kaitannya dengan kurban paskah bagi Israel (Keluaran 12:12-15; 13:13-16; Bilangan 18:15-17).
            Istilah "Gaal" berarti: tebusan atau harga tebusan, sehubungan dengan hal membeli kembali atau membayar tebusan atas barang atau harta milik yang pernah terjual atau digadaikan. Hal ini dapat dilakukan oleh anggota keluarga yang lebih mampu, agar warisan itu tidak jatuh ke dalam tangan orang asing. Hal yang sama juga dapat dilakukan terhadap anggota keluarga yang jatuh miskin dan telah menyerahkan dirinya menjadi budak orang asing, maka ia dapat ditebus olch kaum keluarganya dengan membayar uang tebusan pada orang asing itu (Imamat 22:25-28, 47-55).
            Ketiga istilah  tersebut pada dasarnya menunjuk pada perihal memberikan pengganti, khususnya sehubungan dengan nyawa atau hidup seseorang. Penebusan dilakukan dengan memberikan kurban pengganti diri dan nyawa seseorang, agar ia dapat tetap hidup. Hal kedua berarti dengan membayar harga tebusan untuk memperolehnya kembali. Lewat membayar harga itulah terjadi penebusan yang membebaskan dan memerdekakan.
Makna Penebusan dalam Perjanjian Baru
             Dalam Perjanjian Baru, untuk menjelaskan karya salib Kristus, pada dasarnya menggunakan konsep penebusan dalam Perjanjian Lama. Ada dua istilah Yunani yang digunakan untuk menjelaskan hal tersebut yakni: " exagorazw - Exagorazo" yang berarti: pembelian, khususnya dengan membayar uang tebusan, dan "lutron - Lutron" yang berarti: tebusan; dan "lutromai - lutromai" berarti: membebaskan, melepaskan, menebus hidup atau penebusan. Sering kata itu dipakai untuk para tawanan perang yang bisa dibebaskan jika sudah dibayar dengan uang tebusan. Di dalam kata lutron (lutron) tersebut sekaligus menunjukkan pengertian harga yang harus dibayar untuk pembebasan itu.
             Dengan demikian, ada dua pengertian mendasar dalam tindakan penebusan yakni: "penggantian" dan "pelunasan". Kedua pengertian itu mendapat perhatian khusus dalam pemberitaan Perjanjian Baru. Rasul Paulus berbicara tentang penebusan melalui Yesus Kristus. Kata yang dipakai adalah apolutrosiv – apolutrosis yang artinya membebaskan, menyelamatkan, memerdekakan. Kata "penebusan" (Yun. apolutrosis) berarti penebusan dengan pem¬bayaran suatu harga. Ungkapan itu menunjukkan cara keselamatan diperoleh, yaitu dengan membayar suatu tebusan.

Ciri-ciri Penebusan
             Donald C. Stamps merangkum Doktrin penebusan sebagai berikut.
             Pertama, keadaan dosa yang darinya kita harus ditebus. Perjanjian Baru menampilkan manusia sebagai terasing dari Allah (Roma 3:10-18), dikuasai oleh kekuatan-kekuatan setan (Kisah Para Rasul 10:38; 26:18), diperbudak oleh dosa (Roma 6:6; 7:14) dan perlu dibebaskan dari kesalahan, hukuman, dan kuasa dosa (Kisah Para Rasul 26:18; Roma 1:18; 6:1-18,23; Efesus 5:8; Kolose 1:13; 1 Petrus 2:9).
             Kedua, harga yang dibayar untuk membebaskan manusia dari perbudakan. Kristus mem¬bayar harga penebusan dengan mencurahkan darah-Nya serta menyerahkan nyawa-Nya (Matius 20:28; Markus 10:45; 1 Korintus 6:20; Efesus 1:7; Titus 2:14; Ibrani 9:12; 1Petrus 1:18-19).
             Ketiga. kedudukan orang yang tertebus. Orang percaya yang ditebus oleh Kristus kini bebas dari kekuasaan Iblis dan dari kesalahan dan kuasa dosa
(Kisah Para Rasul 26:18; Roma 6:7.12,14,18; Kolose 1:13). Namun, kebebasan dari kuasa dosa tidak membebaskan manusia untuk bertindak seenaknya, karena kini ia telah menjadi milik Allah. Kebebasan dari dosa menjadikan manusia hamba-hamba Allah secara sukarela (Kisah Para Rasul 26:18; Roma 6:18,22; 1 Korintus 6:19-20; 7:22-23).
             Keempat, ajaran Perjanjian Baru tentang penebusan dibayangkan oleh penebusan dalam Perjanjian Lama. Peristiwa besar Perjanjian Lama tentang penebusan adalah keluaran dari Mesir. selanjutnya, melalui sistem pengorbanan, darah binatang menjadi harga yang dibayar untuk pendamaian dosa.

Pembenaran
              Istilah pembenaran atau membenarkan dalam bahasa Ibrani digunakan kata ‘qyDI’c (tsadaq) dan bahasa Yunaninya dikaiow (dikaioo) yang artinya membebaskan dari tuntutan, menyatakan benar atau tidak salah. Kata itu menunjukkan hubungan yang benar dengan Allah dan bukan sekadar menerima pernyataan tidak bersalah secara hukum. Allah mengampuni orang berdosa yang bertobat, yang telah dinyatakan bersalah oleh hukum Taurat dan dijatuhi hukuman kematian kekal. Allah memulihkan mereka dalam kemurahan ilahi dan menem¬patkan mereka dalam hubungan (persekutuan) yang benar dengan diriNya dan kehen¬dak-Nya. George Eldon Ladd menuliskan hal itu demikian:
               Pokok gagasan pembenaran ialah pernyataan Allah, hakim yang adil, bahwa orang yang percaya kepada Kristus, sekalipun penuh dengan dosa dinyatakan benar-dipandang sebagai benar, karena di dalam Kristus orang tersebut telah memasuki suatu hubungan yang benar dengan Allah.
Pembenaran tidak menjadikan seorang benar, tetapi hanya menyatakan dia benar. Dalam hal ini seorang yang bersalah dinyatakan benar menurut hukum dan dibebaskan dari segala tuntutan dan tuduhan.
Manusia dibenarkan bukan dengan melakukan hukum Taurat (Markus 10:17-22, Galatia 3:10, Yakobus 2:10, Roma 3:20, Galatia 2:16). Ia dibenarkan oleh kasih karunia Allah (Roma 3:24, Titus 3:7, Efesus 2:4). Paulus menyatakan beberapa hal mengenai pembenaran ini dan bagaimana hal ini dikerjakan: Dibenarkan di hadapan Allah merupakan suatu karunia (Roma 3:24; Efesus 2:8). Tidak seorang pun yang dapat membenarkan dirinya dengan taat secara sempurna kepada hukum Taurat atau dengan melakukan perbuatan baik (Roma 4:2-6), karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Berdasarkan kematian pendamian Kristus yang memadai diyatakan bahwa orang-orang percaya telah menggenapi semua syarat hukum Taurat.
              Manusia dibenarkan oleh darah Kristus (Roma 5:9, Ibrani 9:22). Dibenarkan di hadapan Allah terjadi karena penebusan dalam Kristus Yesus(Roma 3:24). Tidak ada seorang pun yang dibenarkan terkecuali ia telah ditebus oleh Kristus dari dosa dan kuasanya. Dibenarkan di hadapan Allah terjadi melalui "kasih karunia" dan diterima "karena iman pada Yesus Kristus" sebagai Tuhan dan Juruselamat (Roma 3:22-24; bandingkan Roma 4:3-5).
             Manusia dibenarkan karena iman (Roma 5:1, Galatia 2:16). Dibenarkan di hadapan Allah berkaitan dengan pengampunan dosa(Roma 4:7). Orang berdosa dinyatakan bersalah (Rm 3:9-18.23) tetapi diampuni karena kematian Kristus yang mendamaikan serta kebangkitan-Nya.
             Pada saat hubungan manusia dengan Allah dipulihkan melalui iman pada Yesus Kris¬tus, ia disalibkan bersama dengan Kristus dan Kristus datang untuk hidup di dalamnya (Galati 2:16-21). Melalui pengalaman itu, manusia sungguh-sungguh menjadi benar dan mulai hidup bagi Allah. Karya Kristus yang mengubah melalui Roh Kudus (2 Tesalonika 2:13; 1 Petrus 1:2) tidak dapat dipisahkan dari karya penebusan-Nya bagi orang yang telah percaya. Karya Kristus dan karya Roh Kudus saling terkait.
              Manusia dibenarkan karena anugerah (Sola Gratia), iman (Sola Fide), firman Allah (Sola Scriptura) dan hanya Kristus (Sola Christos).
Rekonsiliasi
              Rekonsiliasi ialah perbuatan memulihkan pada keadaan semula. Rekonsiliasi diperlukan karena dosa adalah pemberontakan melawan Allah dan hasilnya adalah permusuhan atau perseteruan antara Allah dan umat manusia. Rekonsiliasi dalam Perjanjian Baru menunjukkan bahwa pada dasarnya Tuhan memperdamaikan diri-Nya dengan manusia. Dalam rekonsiliasi terdapat beberapa aspek yang menyangkut: membuat damai, menjadi damai dan persekutuan.
              Pemulihan segala sesuatu seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya merupakan berkata-kata tentang masa mendatang; tetapi keduanya merupakan hasil dari karya penebusan oleh Mesias. Perjanjian Baru memang mengajarkan atau menyatakan bahwa manusia dahulunya adalah musuh Allah (bandingkan Roma 5:10, Kolose 1:21, Yakobus 4:4). Namun di dalam kata  echthros yang berarti musuh, Tuhan Yesus mengajarkan untuk mengasihi musuh (Matius 5:44, Lukas 6:27, 35) sebagai perintah. Juga secara praktis Paulus memberi contoh di dalam Roma 12:20, sebagai refleksi tindakan Allah yang mengasihi manusia meskipun sebagai orang berdosa dan sebagai seteru Allah.
               Peristiwa pendamaian (rekonsili) mempunyai aspek yang terus menerus artinya terus menerus berdamai dengan Allah. Dan sesuai dengan Roma 3:25, 1 Yohanes 1:2, Kristus adalah pendamaian antara manusia dengan Allah dengan fungsi-fungsinya sebagai imam dan darah yang dicurahkan dengan latar belakang Perjanjian Lama (Imamat 16:2,14,16,30 bandingkan Ibrani 9:15).
               Mengenai rekonsiliasi George W. Peters menuliskan sebagai berikut, Bagaimanapun juga manusia masih memiliki sifat manusiawi. Dengan keadaan manusiawi itu, dia memiliki kemampuan serta kesadaran akan perlunya keselamatan, tetapi bukan dengan hikmat untuk merencanakan keselamatan, bukan pula dengan kekuatan dan kemampuan untuk memperoleh atau mencapainya. Di dalam keselamatan, seseorang bergantung kepada Allah, sebagaimana dia dalam ciptaan yang semula juga bergantung kepada Allah dalam dirinya sendiri, ia tidak berdaya serta tidak berpengharapan. Titik balik dan sinar terang terletak pada kata-¬kata "Tetapi Allah!".
Secara eksistensi atau keberadaan manusia tidak di bawah dosa, kendatipun secara insidentil masih berdosa. Pendamaian memfokuskan perhatian pada pengasingan menjadi seteru dan dengan cara illahi memulihkan kembali kepada kasih sayang Allah.
               Rekonsiliasi adalah merupakan syarat mutlak relasi antara Allah dengan manusia.


TERMINOLOGI SALIB




Terminologi “Salib”


Kata'salib' Inggris = "cross", Yunani = "stauros", diambil dari kata kerja istemi", akar kata "-sta", yang berarti 'berdiri, mendirikan, menegakkan'. Secara asal usul berarti suatu tiang yang ditegakkan dan digunakan untuk menggantung atau menghukum para penjahat. "Tiang tersebut biasanya diberi palang di atasnya atau diberi batang penyanggah sehingga bentuknya berbeda-beda. Paling sedikit ada tiga bentuk salib yang dapat dikenal dengan baik. Michael Green menjelaskan sebagai berikut:


'There were various ways of doing it. The most basic was to hang the man or impale him on a stake (crux simplex). Most frequently there was a crossbeam (pattibulum) across the stipes or upright. It could be fixedhe to the top of the Upright making the shape of the capital T (crux coinimissa), and the Christian writers of the second century made considerable play with that fact. More often it was fixed a third of the way from the top, thus forming the Latin cross (crux in missa), and it is widely believed that Jesus was executed on a cross of this shape. The third variety was what we know as the St. Andrew's cross, shaped like a capital X (crux decussate) on which the victim could be stretched either the right way up or upside down.
Dari kutipan diatas jelas bahwa ketiga bentuk salib tersebut sudah lazim digunakan dan yang dipakai untuk menyalibkan Yesus adalah bentuk Latin (crux in missa).


Akan tetapi, kalau dikaitkan dengan pribadi Yesus, salib bukanlah sebatas pengertian yang duniawi, melainkan begitu bermakna. Salib yang awalnya adalah tanda yang hina menjadi tanda yang dipuja, dari tanda kekalahan menjadi lambang kehormatan, kemenangan, kemuliaan. Michael Collins & Matthew A. Price mengatakan bahwa salib menjadi tanda kemenangan sudah terbukti dalam sejarah Gereja. Tanda salib Kaisar Konstantinus Agung, penguasa kekaisaran Romawi, mampu mengalahkan musuh-musuhnya, membangun kebebasan religius dan mengakhiri kekafiran. William Chang dalam sebuah artikel ”Salib Bagian Hidup” mengatakan bahwa:


Salib tidak lagi dipandang sebagai beban hidup, tetapi bagian integral dalam hidup manusia yang dapat menjadi jalan penuntun manusia menuju keselamatan dan kebahagiaan hidup. Di dunia kita terdapat banyak jalan yang dicari dan ditempuh anak manusia. Namun, salib memang bukan jalan yang biasanya lebar, licin, halus, namun jalan yang sempit, berkerikil, dan terkadang sulit dilewati.


Jadi salib adalah tiang gantungan dari kayu, yang bentuknya bermacam-macam. Biasanya penyaliban diiringi dengan siksaan-siksaan yang amat kejam dan ngeri.




Asal dan Tujuan Digunakannya Salib


Penggunaan salib sebagai alas hukuman berasal dari dunia Timur yaitu Persia, Mesir Kuno, Fenesia dan Kartago kemudian dikembangkan dalam kerajaan Romawi sebagai sarana hukuman utama bagi para budak, para pencuri, pembunuh, penjahat dan pemberontak di negara-negara bagian atau propinsi-propinsi dalam kerajaan Romawi. Selanjutnya Marthin Hengel menjelaskan bahwa:
At the same time the Sententiae give catalogues of crimes which are punished by crucifiction, including desertion to the enemy, the betraying of secrets, incitement to rebellion, murder, prophecy about the welfare of rulers (de salvie dominorum), nocturnal impiety (sacra impia nocturna), magic (ars magica), serious cases of the falsification of wills, etc.


Penghukuman pada salib dijatuhkan pada orang-orang yang melakukan kejahatan, baik secara politik maupun secara moral. Bagi bangsa Israel sendiri, kematian di atas kayu salib adalah kematian yang terkutuk oleh Allah (Bandingkan Ulangan 21:22,23). Sering mereka menggantung tubuh orang yang dieksekusi pada sebuah tiang untuk mempertegas hukuman dan mempertontonkannya kepada khayalak ramai.(Band Bilangan 25:4; Yosua 10:26; 1 Samuel 3:1- 10). Manley dan Harrison menjelaskan bahwa: "Pelontaran batu disetujui sebagai alat hukuman, tetapi penggantungan ditentukan sebagai suatu penghinaan tambahan setelah si terhukum mati. Dengan demikian jelaslah bahwa tujuan penyaliban untuk mempertegas hukuman dan kutukan kepada orang yang telah melakukan kejahatan sebanding dengan hukuman mati.
















TEMPAT YANG TEPAT & WAKTU YANG TEPAT

YOHANES 15:1-8

Ungkapan aku adalah atau EGO EIMI [adalah, ada, terjadi, hidup, berarti, tinggal, datang) menunjukkan kepada pribadi Yesus yang sesungguhnya. Pribadi yang sejatai yang tidak dapat dibandingkan dengan yang lainnya.
15:1 Kata Yesus lagi, "Aku pohon anggur yang sejati, dan Bapa-Ku adalah tukang kebunnya.
15:2 Setiap cabang pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya, dan setiap cabang yang berbuah, dikurangi daunnya dan dibersihkan-Nya supaya lebih banyak lagi buahnya.
15:3 Kalian sudah bersih karena ajaran yang Kuberikan kepadamu.
15:4 Tetaplah bersatu dengan Aku dan Aku pun akan tetap bersatu dengan kalian. Cabang sendiri tak dapat berbuah, kecuali kalau ia tetap pada pohonnya. Demikian juga kalian hanya dapat berbuah, kalau tetap bersatu dengan Aku.
15:5 Akulah pohon anggur, dan kalian cabang-cabangnya. Orang yang tetap bersatu dengan Aku dan Aku dengan dia, akan berbuah banyak; sebab tanpa Aku, kalian tak dapat berbuat apa-apa.
15:6 Orang yang tidak tetap bersatu dengan Aku, akan dibuang seperti cabang, lalu menjadi kering. Cabang-cabang yang seperti itu akan dikumpulkan dan dibuang ke dalam api, lalu dibakar.
15:7 Apabila kalian tetap bersatu dengan Aku dan ajaran-Ku tinggal dalam hatimu, mintalah kepada Bapa apa saja yang kalian mau; permintaanmu itu akan dipenuhi.
15:8 Kalau kalian berbuah banyak, Bapa-Ku diagungkan; dan dengan demikian kalian betul-betul menjadi pengikut-Ku.

3 kabar baik dalam konteks
Yohanes 15:1-8

1.Kita harus selalu dibersihkan oleh firman Tuhan (ayat 3).
Καθαρός = katharos (bersih. 2 halal, tidak haram. 3 yang tidak menimbulkan debu.)
Ibrani 10
10:22 Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
Lαλέω = laleō (mengajarkan (the Gospel). 2 menasehat, berkata, membisikkan, berbicara, berkata, mengucapkan, menyatakan, membisikkan, memberitakan


2.Kita akan selalu berbuah banyak (ayat 2,5,8).
Καρπός = karpos = buah (buahan). 2 hasil. berbuah. 2 membawa hasil.

Lembahnya cinta adalah cinta kepada sesama.
Keluhuran budi pekerti akan tampak pada ucapan dan tindakan.
Cinta indah seperti bertepuk dua tangan, tak akan indah jika hanya sebelah saja
Jika kita melayani, maka hidup akan lebih berarti (John Gardne)

Jika kita mengatakan bahwa Allah kita hebat besar dan agung kepada orang lain maka dia akan sulit untuk percaya, tetapi ketika kita melakukan sesuatu tentang karya Tuhan yang hebat besar dan agung maka orang disekeliling kita percaya bahwa Tuhan kita memang benar ada.

Kita melihat kebahagiaan itu seperti pelangi, tidak pernah berada di atas kepala kita sendiri, tetapi selalu berada di atas kepala orang lain. - Thomas Hardy

3.Minta apa saja yang kamu kehendaki (ayat 7)

θέλω, θέλω =thelō ethelō berharap, berkehendak, ingin, suka, menikmati

Tapi ingat ada syarat sebelumnya 15:7 Apabila kalian tetap bersatu dengan Aku dan ajaran-Ku tinggal dalam hatimu, mintalah kepada Bapa apa saja yang kalian mau; permintaanmu itu akan dipenuhi.

Tuhan lebih tahu segala kebutuhan kita sebelum kita memintanya.


Kenalilah Allah maka IA akan menjadikan hidupmu BARU

Hosea 3:3-6

Latar Belakang:
Pelayanan Hosea di Kerajaan utara dimulai ketika Yerobeam II memerintah di Israel dan berturut-turut mencakup masa pemerintahan Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia di Yehuda. Saat itu seluruh bangsa Israel sedang berada dalam keadaan yang makmur, namun keadaan rohani mereka menyedihkan dengan adanya penyembahan berhala dan penyembahan asusila terhadap Baal dan Asytoret dan juga penyembahan kepada lembu emas yang dibuat oleh Yerobeam I di Betel dan di Dan.

Hosea adalah nabi yang tampil sesudah Nabi Amos. Ia menyampaikan pesan TUHAN kepada orang-orang di Israel, kerajaan utara, pada masa yang sulit sebelum kerajaan itu jatuh pada tahun 721 Sebelum Masehi. Ia sangat prihatin memikirkan keadaan orang Israel, terutama karena mereka menyembah berhala dan tidak setia kepada TUHAN.
Sesuai dengan perintah Allah, dengan terus terang Hosea menggambarkan ketidaksetiaan mereka itu berdasarkan keadaan rumah tangganya sendiri yang hancur karena ketidaksetiaan istrinya. Sebagaimana Gomer, istrinya, tidak setia kepadanya begitu pula umat Allah tidak setia kepada TUHANnya. Karena perbuatan itu, Israel dihukum.
Gomer adalah seorang Pelacur, ketika dinikahi oleh Hosea bukannya menjadi setia kepada suaminya yang memaafkan serta mengasihaninya. Gomer justru kembali kepada kekasihnya yang lama. Meskipun demikian, Hosea adalah seorang yag tekun dan ia pun dengan penuh belas kasihan berusaha membawanya kembali. Pesan yang disampaikan Hosea juga dinyatakan memalui arti nama yang diberikannya kepada ketiga anaknya,

(Yizreel = Allah menceraiberaikan, Lo-Ruhama = tidak dikasihani, Lo-Ami = bukan umatku)

Sekalipun demikian, kasih TUHAN kepada umat-Nya tidak akan hilang. Ia akan menerima mereka kembali dan memperbaiki hubungan mereka dengan Dia. Cinta TUHAN itu dinyatakan dalam kata-kata indah yang berikut ini, "Hai Israel, tak mungkin engkau Kubiarkan atau Kutinggalkan! .... Tak tega hati-Ku melakukan hal itu, karena cinta-Ku terlalu besar bagimu!" (11:8).

Hosea
6:3 Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi."

TSS
6:3 Karena itu marilah kita berusaha untuk sungguh-sungguh mengenal TUHAN. Ia pasti akan datang kepada kita seperti datangnya fajar, dan seperti hujan yang membasahi bumi pada akhir musim hujan."
6:4 Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim? Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Yehuda? Kasih setiamu seperti kabut pagi, dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar.
6:5 Sebab itu Aku telah meremukkan mereka dengan perantaraan nabi-nabi, Aku telah membunuh mereka dengan perkataan mulut-Ku, dan hukum-Ku keluar seperti terang.
6:6 Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.

Kabar baik yang diberikan Hosea 6:3 buat Max Power dan Good News familly

Ayat 3:

1. Dalam bhs Ibrani kalimat marilah kita mengenal dapat diterjemahkan sebagai berikut: berusahalah belajar untuk mengenal TUHAN.
 buatlah hidupmu berarti maka namamu akan terukir dalam hati orang lain
 penilian yang baik timbul dari pengalaman dan pengalaman timbul dari penilaian yang buruk.
 Ketika max power pikir bahwa kau sudah mencoba segalanya dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi? Tuhan punya jawabannya, jadi jangan kuatir……..
 Tidak ada yang tahu tentang TUHAN selama masih ada rasa lebih tahu dari TUHAN.
 Hosea 6:6 Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.

Yang diminta dari Tuhan Allah dari umatNya ialah “kasih setia” Ibr. Hesed) yaitu kasih yang kokoh dan setia selaku tanggapan terhadap kasihNya, Tuhan Allah juga mengharapkan pengenalan pribadi akan diri Tuhan Allah sebagai Tuhan atas kehidupan mereka, Allah menghendaki hal yang sama dari kita.


2. Tuhan akan muncul seperti Fajar. (Lawan dari fajar adalah kegelapan)
 hidup itu indah saat semua berjalan sesuai rencana, tetapi kehiudpan jauh lebih menarik saat semuanya dalam rancangan Tuhan
 Ketika kehidupan memberimu seribu alasan untuk menangis, tunjukkan bahwa kamu punya Tuhan Yesus yang membuat sejuta alasan untuk tetap tersenyum.
 Berterimakasihlah bahwa jawaban Tuhan lebih bijaksana dari pada jawaban max Power dan saya.
 Di setiap langkah ada tujuan, disetiap nafas ada kehidupan, disetiap harapan ada kepastian dan disetiap doa ada JAWABAN.

3. Tuhan seperti hujan yang membasahi bumi pada akhir musim hujan." Jika Hujan ada kesegaran, kesejukan(Lawan dari hujan adalah kekeringan)
 Ajaklah Tuhan berjalan bersamamu maka tidak ada yang tidak bias engkau selesaikan. Semua akan terselesaikan dengan baik.
 Harapan selalu membuka pintu, dimana putus asa senantiasa menutupnya jadi milikilah harapan di dalam Kristus.
 Apabila kau mencintai, kau takkan berkata, “Tuhan ada dalam hatiku,” tetapi sebaliknya “Aku berada di dalam hati Tuhan” (Puisi Cinta Kahlil Gibran)

Good News FM 94.9, Maret 2009

YESUS, ALIRAN AIR DI TEMPAT KERING

Sahabat Ichthus = Renungan pagi


Yesaya 32:2

"Dan mereka masing-masing akan seperti tempat perteduhan terhadap angin dan tempat perlindungan terhadap angin ribut, seperti aliran-aliran air di tempat kering, seperti naungan batu yang besar, di tanah yang tandus" (Yes.32:2).
TBIS
32:2 Mereka masing-masing seperti tempat berlindung dari angin dan badai. Mereka seperti sungai yang mengalir di padang pasir, seperti naungan batu yang besar di tanah yang tandus

Salah satu kalimat menarik dalam ayat ini adalah, "aliran-aliran air di tempat kering."
מים = mayim = mahyim = sumber, mata air, membanjiri atau mengairi/menggenangi.
עיף = ‛ayêph ארץ 'erets = aw-yafe' eh'-rets = tanah, dunia atau bumi yang capek, letih, membosankan, jemu, melelahkan = bumi yang lemah lesu tidak besemangat.

Siapakah yang dimaksudkan dengan aliran air di tempat yang kering? Dialah Yesus Kristus yang mengungkapkan diriNya sebagai aliran air kehidupan kepada perempuan Samaria di perigi Yakub (Yoh.4:13-14). Yesuslah, sungai pada tempat kering!

I Yesus, Sungai Pada Tempat Kering, membuktikan Dialah sumber hidup kita.

• Di mana ada air, di situ ada kehidupan, karena air identik dengan kehidupan.
• Berbagai cara Yesus mengungkapkan diriNya sebagai sumber kehidupan.
 Aku jalan, kebenaran dan kehidupan (Yoh. 14:6)
 Akulah roti hidup (Yoh.6:35).

 Aku datang supaya mereka memperoleh hidup (Yoh. 10:10).

 Akulah kebangkitan dan hidup (Yoh. 11:25).

 Siapa percaya kepadaKu, ia akan hidup (Yoh. 11:25).

 Aku hidup dan kamupun akan hidup (Yoh. 14:19).

 Dalam Dia ada kehidupan (Yoh.1:14).


II. Yesus Sungai Pada Tempat Kering, membuktikan bahwa Dialah sumber kepuasan kita.

• Jiwa manusia ibarat tanah kering yang tidak pernah puas menelan air hujan (Ams.30:16).

• Yesuslah kepuasan kita (Mat. 11:28).

o Perempuan Samaria mendapat kepuasan (Yoh.4:13-14).

o Zakheus mendapat kepuasan (Luk.19:6).

o Tiap orang yang memiliki persoalan yang membuat jiwanya kering, Yesuslah air yang memuaskan (Mat. 11:28).

• Jika Yesus air kehidupan, maka kita tidak boleh jauh dari Dia, jika kita ingin subur dan berbuah lebat (Mzm.1:3).

• Jika Yesus air kehidupan, maka kita ibarat ikan harus hidup didalam Dia, supaya barang apapun yang kita minta, ia akan mengabulkanNya (Yoh. 15:7).


Apapun persoalan hidup kita = perjumpaan dengan Tuhan Yesus adalah sesuatu yang menyenangkan.
Ichthus, 9 Agustus 2009

Selasa, 26 Januari 2010

Curriculum Vitae


Mazmur 90:12 Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.
Ayat ini akan mengantarku untuk memperkenalkan betapa baiknya Tuhan itu dalam kehidupanku.
Pada tanggal 17 September 1969 di sebuah desa kecil yang di kenal dengan nama Mantasi Kota - Kupang aku  dilahirkan dengan nama Dance Kavalardo Tellukaka Panduwal.
Ayahku (Thomas Gerson Panduwal) adalah seorang pemuda dari desa Kakamauta di pulau Alor Pantar yang tegas dan disiplin dalam mendidik keenam anaknya untuk takut akan Tuhan. Ibuku (Tamar Panduwal- Dolpaly) adalah seorang wanita desa Woematang  di Pulau Pura Alor yang setia melayani Tuhan dan keluargnya.

Kami berenam yaitu Adriel Ahaz Kaka Ara Panduwal (Andri), Grimu Kaka Papinius Pebrianus Panduwal (Erik), Dance Kavalardo Tellukaka Panduwal (Dance), Adeleida Nunia Martina Samukaka Panduwal (Leny), Buna Yustiana Sri Theodora Panduwal (Telly) dan Antonio Timotio Almeyda Santo Panduwal (Anton). Kami dibesarkan dalam persekutuan yang dekat dengan Tuhan Yesus, baik dalam doa pagi maupun malam. Banyak kenangan dalam persekutuan ini, ada yang terjatuh dari kursi dan ada yang disiram air dingin karena tidak mengikuti doa pagi.

Masa pendidikanku diawali dari TK Kristen GMIT jemaat Kota Kupang, SD Negeri Palsatu-Kupang, SMP Negeri 1 Kupang dan  SMA Negeri 2 Kupang.
Bulan Mei 1989 adalah kenangan kami dengan menumpang KM Kelimutu meninggalkan Kupang untuk melanjutkan studi sesuai panggian untuk melayani Tuhan di Institut Injil Indonesia, Batu Malang-Jawa Timur.

Tahun 1992-1993 saya melakukan KKN di MPk YPPII Jakarta Raya dan menjadi anak angkat dari keluarga Raja Mangatas Tua Siallagan dan berdomisili di Rawamangun Jakarta Timur.
Setelah tamat dari I-3 pada tahun 1995 saya mulai memasuki pelayanan di perintisan pos pelayanan GMII di desa Sadeng Gunung Pati Semarang. Tahun 2000 saya menyelesaikan studi Magister of Art (MA) dari Sekolah Tinggi Theologia Baptis (STBI) Semarang. Tahun 2009 menyelesaikan program Master of Theologia juga dari STBI- Semarang.

Saat ini kami melayani sebagai pejabat Gereja Bethel Indonesia di Perwil Semarang dan melayani sebagai pengkotbah di Radio Ichthus (96.5 FM), Pengasuh Acara Youth a Life di 94.9 FM Good News for the Family dan mengajar Pendidikan Agama Kristen di SMP-SMA Citischool, SMP-SMA-SMK Setiabudhi, SMK Gergaji serta sebagai dosen tidak tetap di STT Elshaday Solo dan STT STAPIN-SEAPIN Majalengka Jawa Barat.
Tahun 1995 saya menikah dengan Lidya Tri Astuti Mardiana seorang sarjana kurikulum tehnologi Pendidikan dari Univ. Kristen Satya Wacana. Buah dari Pernikahan kami adalah Priscilla Gracia Panduwal (10 Peberuari 1996) dan Elshaday Adriano Thomas Panduwal (25 Januari 2002). Kami saat ini berdomisili di Perumahan Permata Puri  Ngalian - Semarang.
Dalam berumah tangga, kami sangat merasakan pertolongan Tuhan melalui keluarga pdt. Tommy Lomboan, Pdm. Renny Hartono-Hadinoto, Pdm. (alm) Agus Setiawan, Bapak Pdt. Titus Gunawan, Handoko Hadinoto, Wesley Panjaitan, Lasmana Simanjuntak, Edward Seregar, Simon O. Bessie, Antonius Suyono dan Bapak Budirijanto serta masih banyak lagi yang Tuhan pakai menjadi saluran berkat bagi kami.
Dari semuanya itu kami merasakan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kami.
God is Good.